Tewasnya Enam Demonstran Myanmar, AS Segera Pulihkan Demokrasi


M Detik
, - Enam pengunjuk rasa telah dibunuh oleh pasukan keamanan di Myanmar pada Sabtu (13/3). Unjuk rasa sekarag ini menandai peringatan kematian dari seorang mahasiswa pada 1988 yang telah memicu pemberontakan melawan junta militer.


“Tiga orang tewas dan beberapa orang lainnya cedera pada saat polisi melepaskan tembakan pada aksi duduk di Mandalay, kota terbesar kedua Myanmar,” papar seorang saksi mata mengatakan kepada Reuters.


“Satu orang lagi tewas di pusat kota Pyay dan dua orang lainnya tewas akibat tembakan polisi di ibukota komersial Yangon semalam,” ungkap laporan media lokal.


Kematian itu terjadi pada saat para pemimpin Amerika Serikat (AS), India, Australia dan Jepang bersumpah bekerja sama memulihkan demokrasi di Myanmar.


“Lebih dari 70 orang telah tewas di Myanmar dalam protes yang meluas terhadap kudeta 1 Februari oleh militer,” papar kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).


Protes Sabtu (13/3) meletus setelah poster-poster menyebar di media sosial yang mendesak orang-orang memperingati kematian Phone Maw, yang ditembak dan dibunuh pasukan keamanan pada 1988 di tempat yang kemudian dikenal sebagai kampus Institut Teknologi Rangoon.


Penembakannya dan penembakan terhadap mahasiswa lain yang meninggal beberapa pekan kemudian memicu protes luas terhadap junta militer yang dikenal sebagai kampanye 8-8-88, karena mencapai puncaknya pada Agustus tahun itu.


Diperkirakan 3.000 orang terbunuh pada saat tentara menghancurkan pemberontakan, pada saat itu tantangan terbesar untuk pemerintahan militer sejak tahun 1962.


Aung San Suu Kyi muncul sebagai ikon demokrasi selama gerakan itu dan ditahan di rumah selama hampir dua dekade.


Dia dibebaskan pada 2008 pada saat militer memulai reformasi demokrasi dan Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) miliknya memenangkan pemilu pada 2015 dan sekali lagi pada November tahun lalu.


Pada 1 Februari tahun ini, para jenderal menggulingkan pemerintahannya dan menahan Suu Kyi serta banyak rekan kabinetnya, mengklaim terjadi penipuan dalam pemilu November.


Kudeta di Myanmar, di mana militer mempunyai hubungan dekat dengan China, yaitu ujian awal utama untuk Presiden baru AS Joe Biden.


Pemerintahannya menggelar pertemuan virtual dengan para pemimpin India, Jepang dan Australia pada Jumat (12/3) sebagai pertemuan puncak resmi pertama dari kelompok yang dikenal sebagai Quad, bagian dorongan untuk menunjukkan komitmen AS yang diperbarui terhadap keamanan regional.


"Sebagai pendukung lama Myanmar dan rakyatnya, kami menekankan kebutuhan mendesak memulihkan demokrasi dan prioritas penguatan ketahanan demokrasi," ungkap keempat pemimpin negara itu dalam pernyataan yang dirilis Gedung Putih.

Dilansir "Sindonews"